MenPlaz, 3 Januari 2015
Liburan selalu ditunggu-tunggu setiap orang, apalagi yang kerja di perantauan. Termasuk saya. Semenjak akhir Februari 2014 saya bekerja liburan adalah moment yang paling dinantikan. Berkumpul dengan keluarga dan para sahabat.
Jadilah aku, Riska, Nisa, Rara, dan Fida
nonton “Assalammualaykum Beijing” di MenPlaz. Tiga januari dua ribu lima
belas. Saya yang pertama kali tiba di
lokasi, sekitar sejam-an disusul Rara. Setelah beli lima tiket kami berdua
memutuskan ke Gramedia-Gajah Mada, lebih tepatnya aku yang membujuk Rara untuk
mengunjungi Gramedia. Makhlumlah di kota perantauan saya tak ada toko buku
senyaman gramedia. Udah 10 bulan tak pernah baca buku baru. Menyedihkan.
Sekitar setengah jam di gramedia. Buku
yang paling ingin kucari ternyata stocknya habis. Buku Bimbingan Konseling.
Akhirnya bolak-balik cari novel terbarunya Kang Abik dan Tere-liye. Senangnya
tak terkira. Kontan hijau mataku melihat banyaknya novel yang ingin sekali
kubeli. Antara kantong dan keinginan. Seketika buatku galau. Gaji sebulan
rasanya mau dihabiskan untuk memborong buku. Untungnya segera tersadar,
mengingat kebutuhan sandang-pangan selama sebulan. Di perantauan harus tetap
punya simpanan.
“Kalian di mana? Ane tunggu di Mushola
Menplaz ya, sekalian dzuhur”. Sms Riska mendarat di inbox-ku.
“Kalian di mana? Ane OTW”. Sms Nisa
menyusul.
Aku dan Rara bersiap meninggalkan
gramedia menuju Menplaz, langsung naik ke lantai empat menuju Musholla. Dan
ketemu Nisa. Langsung kami bertiga menjumpai Riska di dalam Musholla. Sahabatku
yang satu ini, penampilannya lebih rapi dan kelihatan lebih anggun daripada
biasanya. Makin kelihatan imut-imut. Kayak marmut. Kidding ya. Tapi kalau mau dianggap benaran juga tak apa.
(siap-siap dijitak)
“Fida katanya telat, nih dia baru
berangkat”. Ceracau Riska.
Kami memutuskan untuk mendahulukan
sholat dzuhur, meskipun bakalan ketinggalan sekitar 10-menitan. Sengaja milih
jam pertama 12.30 Wib. Supaya entar pulangnya gak kesorean dan ada waktu untuk
jalan-jalan. Lama tak bersua, serasa satu abad. Sayang kalau cuma nonton.
Apalagi mumpung ada Nisa. Miss rempong. Apalagi sekarang Goldie, anaknya lagi
masa pertumbuhan, habis waktunya jadi ibu rumah tangga yang baik.
Setelah sholat kami bergegas ke bioskop,
masuk duluan. Fida masih di jalan. Hadeuh. Kenapa penyakit telatnya Riska
pindah ke Fida sih? Meskipun ia tak mengizinkan kami masuk duluan. Kami
mengabaikan pesannya. Afwan Fida. Aku, Nisa, Riska meringis. Rara memandang
datar.
Alhamdulillah, hari ini penasaranku
tentang “Assalammualaykum Beijing” akhirnya akan terpenuhi. Aku memilih duduk
paling pinggir biar lebih konsen nontonnya dan mudah jemput Fida ketika sesampainya
ia di depan bioskop. Sekitar setengah jam film tayang, Fida akhirnya sampai
juga.
Karakter Sekar mirip seperti Nisa.